ADU KETANGKASAN SANG KESATRIA SASAK

Peresean

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Peresean, Lombok, Nusa Tenggara Barat
Peresean adalah pertarungan antara dua lelaki yang bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) dan berperisai kulit kerbau yang tebal dan keras (perisai disebut ende).[1] Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat suku SasakLombokNusa Tenggara BaratIndonesia.[1] Peresean termasuk dalam seni tari daerah Lombok.[2] Petarung dalam Peresean biasanya disebut pepadu dan wasit disebut pakembar.[3]

https://scontent-sit4-1.xx.fbcdn.net/v/t34.0-12/24172385_1292468184192268_437959304_n.jpg?oh=6524f18face68aa2e5bc0839d0050a6b&oe=5A2058D2
Apakah Peresean itu?

Peresean adalah kesenian tradisional masyarakat Suku Sasak yang mempertarungkan dua lelaki bersenjatakan tongkat rotan dan perisai. Kesenian ini merupakan tradisi lama Suku Sasak di Pulau Lombok, NTB, yang masih ada hingga sekarang. Dalam kesenian tersebut para lelaki berkumpul untuk menguji keberanian dan ketangkasan mereka dalam bertarung. Walaupun terdapat unsur kekerasan, namun kesenian ini memiliki pesan damai di dalamnya.

Sejarah Peresean

Menurut sumber sejarah yang ada, Peresean ini dulunya merupakan luapan emosional para Raja dan para prajurit setelah memenangkan pertempuran di medan perang. Selain itu Peresean ini juga merupakan media untuk para petarung dalam menguji keberanian, ketangguhan dan ketangkasan mereka dalam bertarung. Kesenian ini terus berlanjut sampai sekarang di kalangan masyarakat Suku Sasak hingga menjadi suatu tradisi. Dalam perkembangannya, kesenian ini tidak hanya diadakan untuk masyarakat lokal saja, namun juga digelar untuk menyambut para tamu besar atau wisatawan yang berkunjung ke sana.

Fungsi Dan Nilai-Nilai

Seperti yang disebutkan di atas, kesenian ini merupakan media bagi para petarung atau para lelaki dalam menguji keberanian, ketangguhan, dan ketangkasan mereka. Walaupun terdapat unsur kekerasan di dalamnya, namun Peresean memiliki pesan damai. Setiap petarung yang ikut dalam pertunjukan tersebut dituntut memiliki jiwa pemberani, rendah hati, dan tidak pendendam.

Pertunjukan Peresean

Dalam pertunjukannya, Peresean biasanya digelar di tempat yang cukup luas, agar ruang gerak para petarung tidak sempit dan para penonton juga bisa menyaksikan. Dalam pertarungan tersebut terdapat dua orang petarung yang disebut dengan Pepadu dan tiga orang wasit yang mengatur jalannya pertandingan. Salah satu wasit yang mengawasi jalannya pertandingan disebut dengan Pakembar Tengah, dan wasit yang memilih para Pepadu disebut Pakembar Sedi.

Pertarungan tersebut biasanya dilakukan dalam lima ronde dengan durasi tiga menit setiap rondenya. Sebelum pertandingan dimulai Pepadu akan di berikan instruksi dan doa agar pertandingan berjalan lancar. Setelah itu wasit akan memukul ende dengan rotan sebagai tanda pertarungan dimulai.

Dalam pertarungan Peresean ini terdapat beberapa peraturan, diantaranya Pepadu tidak boleh memukul badan bagian bawah seperti paha atau kaki, tapi Pepadu diperbolehkan memukul bagian atas seperti kepala, pundak atau punggung. Setiap pukulan tersebut memiliki nilai masing-masing, dan pemenang dalam Peresean ini biasanya ditentukan dari nilai yang diperoleh setiap rondenya. Selain itu para Pepadu tersebut dinyatakan kalah apabila sudah menyerah atau berdarah.

Apabila ada Pepadu mengalami luka atau berdarah, tim medis akan mengobatinya dengan obat sejenis minyak khusus agar tidak menimbulkan rasa perih. Setelah bertarung para Pepadu kemudian bersalaman dan berpelukan, sebagai tanda damai dan tidak ada dendam diantara mereka.

Kostum Dan Perlengkapan Peresean

Dalam Peresean, Pepadu tidak menggunakan alat pelindung apapun, kecuali perisai yang merupakan bagian dari senjata. Para Pepadu tersebut hanya menggunakan celana, kain penutup celana, dan kain yang diikat di kepala. Pada bagian badan, mereka tidak menggunakan baju apapun. Selain itu Pepadu dilengkapi senjata seperti perisai dan tongkat rotan untuk bertarung.

Pengiring Peresean

Dalam pertunjukannya, Peresean juga di iringi oleh musik pengiring sebagai penyemangat para Pepadu saat bertarung. Alat musik yang digunakan biasanya adalah gong, sepasang kendang, rincik, simbal, suling dan kanjar.

Perkembangan Peresean

Dalam perkembangannya, kesenian ini masih terus dilestarikan di Lombok, NTB. Selain diselenggarakan sebagai bagian dari tradisi, Peresean ini juga sering diselenggarakan untuk menyambut tamu terhormat maupun para wisatawan yang datang kesana. Hal ini dilakukan sebagai usaha pelestarian dan memperkenalkan kepada masyarakat luas tentang kesenian di Pulau Lombok, khususnya masyarakat Suku Sasak.

Sekian pengenalan tentang “Peresean Kesenian Tradisional Dari Lombok, NTB”. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan anda tentang kesenian tradisional di indonesia.

Stick Fighting atau Tarung Presean disebut sebagai simbolis kejantanan para pemuda dan pria suku Sasak di Lombok. Pertarungan adu nyali ini merupakan pertarungan antara dua laki laik Sasak bersenjatakan tongkat yang terbuat dari rotan atau disebut Penjalin, dilengkapi dengan sebuah pelindung (perisai) yang terbuat dari kulit kerbau tebal dan keras (Ende). Para Petarung di sebut Pepadu
dan wasit pinggir lapangan disebut sebagai Pekembar Sedi, sedangkan wasit tengah yang menjadi pemimpin pertarungan disebut Pekembar.

Para petarung (pepadu) bertemu di tengah lapangan dengan bertelanjang dada, menggunakan capuk (penutup kepala khas sasak) dan kain 

 khusus yang sudah dipersiapkan panitia. Sebuah tongkat rotan sebagai alat memukul dipegang menggunakan tangan kanan, serta pelindung (perisai) di tangan kiri. Para pepadu pun siap mengadu kejantanan, ketangkasan dan adu nyali di depan ratusan penonton yang hadir di arena presean. 
Pemimpin pertandingan atau pekembar akan memimpin tarung presean dengan awiq-awig (aturan dan kode etik) yang sudah ditetapkan, biasanya aturan mainnya berisi tentang sistem ronde (periode pertarungan) yang standarnya 5 ronde, atau bisa juga merupakan kesepakatan bersama para panitia. 

Tarung Presean merupakan kesenian khas Sasak Lombok yang dulunya bermula sebagai sebuah simbolis kegembiraan atau luapan emosi para prajurit Lombok dulu kala setelah berhasil melumpuhkan / mengalahkan lawan di medan tempur.
Budaya presean ini kemudian menjadi sebuah tradisi yang memiliki keunikan sendiri ketika para Pepadu-nya memadukan gaya bela diri dengan ekspresi-ekspresi lelucon ketika berhasil menyisakan bekas sabetan rotan di tubuh lawan.

Seni beladiri atau adu ketangkasan Presean di Lombok biasanya di iringi oleh tabuhan musik Gendang Beleq sebagai penyemangat dan pengundang masyarakat sekitar acara untuk menonton. Sambil menari-nari di iringi tabuhan gendang Beleq, kedua Pepadu akan saling menghalau dan mengalahkan lawan dengan pukulan penjalin tanpa rasa cemas ataupun takut cedera. Dan uniknya, para peserta Presean tidak pernah dipersiapkan sebelumnya, para penonton dan siapapun yang sedang berada di medan acara boleh ikut bertarung dan memamerkan kelihaiannya.

Aturan main dari Tarung Presean ini juga biasanya tidak membingungkan, para pepadu hanya boleh memukul bagian perut ke atas. Ketika seorang pepadu terkena kepala oleh sabetan rotan dan mengeluarkan darah (bocor), maka pepadu dianggap KO atau kalah, sekalipun pepadu tersebut merasa masih bisa meneruskan pertarungan. Pertandingan di akhiri oleh pekembar dengan meniupkan peluit panjang, dan kedua pepadu kemudian akan bersalaman dan berpelukan mengakhiri masa bertanding. Ini sebagai tanda bahwa antara kedua pepadu tidak ada yang saling menyimpan dendam karena presean hanya bagian dari permainan dan hiburan.

Tarung rotan (stick fighting) dari tradisi Pulau Lombok ini sudah dikenal masyarakat Sasak secara turun temurun. Konon, pertarungan Presean dulunya hanya digelar sebagai bagian dari upcara adat atau ritual meminta hujan di musim kemarau atau acara acara besar kerajaan. Kini, presean menjadi sebuah tradisi yang menjadi hiburan lokal yang diminati oleh para wisatawan, dan sebagai bentuk kepedulian pemerintah dalam melestarikan budaya daerah, Presean di Lombok kini pun sering di lombakan, terutama saat peringatan kemerdekaan Republik Indonesia pada bulan agustus, ataupun acara acara besar di Lombok.






















KESENIAN PENDUKUNG TARUNG PRESEAN :

Alat musik tradisional pengiring Presean antara lain terdiri dari : 
§     2 buah Gendang
§     1 buah Petuk
§     set

 Rencek
§     1 buah Gong
§     Suling
Unsur gending (ritme dan kombinasi alunan musik gending) merupakan hal yang begitu penting dalam tarung peresean, sedikitnya ada 3 jenis alunan gending yang akan anda denganr di arena peresean , yakni :
1.                  Gending Ngadokang atau Gending Rangsang, dimainkan pada saat pengadok (pencari pepadu) mencari calon Pepadu beserta lawan tandingnya diantara penonton.
2.                  Gending Mayuang, yaitu tabuhan gending yang bertanda bahwa sepasang Pepadu telah siap untuk berlaga.
3.                  Gending Beradu, tabuhan gending yang iramanya 'bongbong' atau membakar semangat dan menyulut / mendidihkan darah dan emosi para Pepadu. Penonton akan mulai bersorak ketika gending ini mulai dimainkan. Pertarungan pun di mulai.
 ADAT PERESEAN :
Dalam pertandingan Presean tradisional khas Sasak, ada busana adat Presean yang juga sangat dijaga dan mesti dipenuhi oleh para pepadu, pekembar maupun pengadok, seperti : 
1.                  Sapuk / capuk bermotif batik (ikat kepala dari kain batik)
2.                  Kereng (kain).
3.                  Bebet (tenun ikat yang mengikat kereng, biasanya tak lupa diselipkan bebadong atau jimat kesaktian sebagai penghilang rasa sakit atau membangun kharisma dan kekuatan magis diantara pepadu.
Beberapa unsur penting diatas, baik dari busana maupun gending dan kesenian pendukungnya, merupakan sebuah pembeda bahwa Seni adu kejantanan Presean bukan merupakan tarung jalanan, tarung liar ataupun keganasan, melainkan sebuah budaya dan seni yang sangat mendalam dan mengandung unsur leluhur yang begitu mendalam pada suku Sasak.


Komentar

Posting Komentar